1. Peluang IoT di Indonesia
Perangkat dapat terhubung ke internet dan saling
berkomunikasi melalui teknologi Internet of Things (IoT). Teknologi
tersebut sedang digemari di berbagai Negara, termasuk Indonesia. Perkembangan
IoT di Indonesia diprediksikan akan terus tumbuh dari tahun ke tahun. Melihat
besarnya peluang tersebut, sebenarnya bagaimana peluang perkembangan IoT di
Indonesia?.
Penerapan IoT dapat dilakukan pada banyak bidang untuk
meningkatkan kualitas hidup manusia. Beberapa aplikasi diterapkan pada bidang smart
city, smart home, transportasi, bisnis, kesehatan, manajemen energy,
dan industri. Kompetisi RIoT membuka 14 bidang permasalahn yang siap diwujudkan
solusinya. Bidang- bidang tersebut di antaranya pertanian, pertanahan dan
keamanan, transportasi, alam, kesehatan, pendidikan, smart city, smart
living, olahraga, maritime, engagement, aksesbilitas, fintech dan
e-commerce, dan industri IoT. Dan hal tersebut menunjukkan bahwa IoT tidak
hanya tertuju pada bidang tertentu saja tapi sangatlah luas.
Pada acara RIoT, Mentri Komunikasi dan Informasi,
Rudiantara mengatakan bahwa terdapat 2 fokus besar berpotensi untuk di
kembangkat IoT. Bidang pertama adalah pendidikan dan bidang kedua adalah
kesehatan.
Namun dibalik peluang yang ada, pasti akan ada
tantangan yang perlu diperhatikan. Teknologi banyak bergantung pada internet
mebutuhkan koneksivitas dengan kualitas yang baik di setiap daerah. Selain itu,
terdapat pula tantangan mengenai autentifikasi dan keamanaan jaringan.
Internet of Things membuka banyak peluang untuk
dikembangkan oleh siapapun. Pengembangan IoT tidak terbatas pada bidang
tertentu saja, tetapi samgat luas. Pengembangan tersebut juga terbuka untuk
factor-faktor pendukung IoT seperti jaringan, aplikasi, dan keamanan.
2. Internet of Things Cocok Diaplikasikan
ke Sektor Pertanian
ke Sektor Pertanian
Internet of
Things (IoT) menjadi salah satu cabang teknologi yang kini dibicarakan
banyak orang. Tak mustahil jika ke depannya, semuanya akan terkoneksi dengan
internet. Misalnya saja, perangkat elektronik di rumah. Itu baru sebagian kecil
yang digunakan oleh pengguna secara langsung. Bagaimana dengan skala industri
yang lebih besar?
Setiap
negara, berbeda-beda dalam memprioritaskan untuk skala industri. Tergantung
dari keunggulan industri di setiap negara. Begitu juga di Indonesia. Menurut
Dirjen Aplikasi dan Informatika (Aptika) Kementerian Komunikasi dan Informatika
(Kemkominfo), Semuel Abrijanji Pangerapan, di negeri ini, penerapan IoT untuk skala industri memiliki potensi yang besar
untuk sektor pertanian.
"Negeri
kita ini kan agraris. Potensi yang besar itu ya di sektor
pertanian. Banyak hal yang bisa diterapkan IoT untuk sektor ini nantinya,"
ujar dia usai acara Asia IoT Business Platform di Jakarta. Lebih lanjut,
dikatakan pria yang karib disapa Semmy ini, misalnya saja untuk
perikanan. IoT bisa digunakan untuk nelayan mencari ikan di laut. Mereka tak
perlu repot-repot menggunakan cara yang tradisional.
"Kemudian
kalau di peternakan, peternak bisa mengetahui masa hamil dari hasil ternaknya.
Itu bisa menggunakan semacam sabuk yang melingkar untuk mendeteksi hal
tersebut," ungkapnya.
Meski
begitu, untuk nantinya bisa secara massif menerapkan IoT, dasarnya tetap infrastruktur. Infrastruktur internet
menjadi tulang punggung bisa terciptanya IoT.
"Nah,
yang terpenting ya tetap konektivitas internetnya," kata dia
3. IoT, Lebih Banyak Manfaatnya atau Bahayanya ?
Pemanfaatan
IoT untuk fasilitas umum sangat ramai. Smart city di Indonesia
pun mulai marak. Selain itu dalam dunia industri, IoT juga
mulai dikembangkan. IoT sangat menguntungkan bagi perusahaan karena dapat
mengefisiensikan pemeliharaan mesin-mesin pabrik dari segi waktu dan biaya.
Jelas sekali banyak manfaat yang ditawarkan oleh IoT.
Tetapi,
banyak juga kekhawatiran yang ditimbulkan ketika benda-benda di sekitar kita
dapat terhubung ke internet. Kekhawatiran terbesar adalah masalah keamanan.
Dengan terhubung ke jaringan internet, benda-benda tersebut dapat diretas oleh
orang-orang tak bertanggung jawab di luar sana. Selain itu, berbagai perangkat
tersebut juga mungkin mendapat serangan virus.
Hacker dapat
mengirim serangan virus dengan nama Cryptolocker yang membuat TV menampilkan
pesan tidak jelas sehingga pengguna smart TV tersebut terpaksa
mengeluarkan uang untuk memperbaikinya. Begitu juga dengan peralatan elektronik
lain seperti lemari es pintar dan mobil pintar. Dua hal ini menurut peneliti
tadi dapat dengan mudah menjadi objek para hacker dalam beraksi. Yang lebih
privat lagi adalah smartwatch, jam tangan pintar yang dapat menyimpan
data kesehatan seseorang. Jika data smartwatch diretas, hacker
dapat mengetahui kondisi kesehatan dan data ini bisa saja disalahgunakan.
Ancaman
keamanan data bukan hanya datang dari para hacker. Bahkan perusahaan penyimpan
data dapat pula melakukan penyalahgunaan. Baru-baru ini Google tertangkap menggunakan informasi
yang seharusnya bersifat pribadi. Tentu hal ini sangat
mengkhawatirkan para pengguna IoT.
Semua
potensi bahaya dari segi keamanan ini harus dicegah dengan serius sebelum
banyak aspek kehidupan kita betul-betul tergantung dengannya. Peningkatan
sistem keamanan jaringan dan regulasi serta hukuman yang tegas bagi siapa saja
yang menyalahgunakan data harus menjadi hal yang diutamakan seiring dengan
berkembangnya teknologi IoT.
Inilah dua
sisi yang ditawarkan IoT, ada sisi positif dan sisi negatif. Jika kita memahami
sisi negatifnya, tentu ini akan dapat ditekan asalkan banyak pihak yang
terlibat terutama pemerintah yang seharusnya cukup serius dalam hal menciptakan
regulasi yang mendukung perkembangan IoT. Selain itu, masyarakat juga harus
siap menghadapi pesatnya kemajuan teknologi ke depannya.
4. Pengelolaan Perpustakaan Menjadi Lebih Mudah dengan Penerapan Teknologi IoT
Pada zaman dimana internet menjadi umum seperti
sekarang, keberadaan perpustakaan cukup rentan terhadap perubahan teknologi
karena kemudahan akses sumber literatur informasi melalui internet.
Perpustakaan masih dipertahankan keberadaannya karena masih menjadi salah
satu sumber akses pengetahuan dalam pendidikan. Selain karena masih banyak
orang yang lebih suka membaca buku fisik, perpustakaan menjadi tempat
berdiskusi bagi para penikmat buku dan tulisan, serta tidak jarang
menjadi tempat penggunaan komputer gratis bagi pengunjung.
Letaknya pasti selalu ada di setiap kampus dan kota,
yang memuat beragam informasi dalam bentuk buku. Di dalam perpustakaan,
biasanya diurus oleh beberapa pustakawan yang selalu rutin mengontrol
kondisi perpustakaan dan asetnya, termasuk merapikan susunan buku dan update
stok buku yang ada. Namun, di dalamnya masih saja ditemui tindakan
pencurian buku, keterlambatan pengembalian buku yang tidak tepat waktu karena
peminjam lupa tanggal pengembalian, antrean yang lama, serta pencarian yang
lama untuk ketersediaan stock buku. Semua hal itu ternyata dapat dipermudah
dengan teknologi IoT.
Perpustakaan D.H. Hill di North Carolina State University telah
menggunakan IoT untuk operasi perpustakaan dan sebagai alat pengajaran.
Perangkat IoT memantau pergerakan furnitur, menghitung pengunjung, memberikan
akses keycard, dan kontrol kartu nama digital. Perangkat IoT juga
terintegrasi ke layanan lainnya, termasuk program Internet Libraries of
Things, dan menghubungkan siswa dengan bahan berbiaya rendah
untuk mengembangkan aplikasi praktis. Pustakawan memfasilitasi pembelajaran dan
siswa dapat menguji serta memperbaiki prototipe mereka, belajar dari
orang lain, juga memamerkan karya mereka.
IoT di perpustakaan dapat meliputi akses ke
perpustakaan menggunakan aplikasi seluler, memberikan kartu perpustakaan
virtual kepada anggotanya, yang akan memungkinkan anggota untuk mendapatkan
akses ke perpustakaan. Pengguna dapat menggunakan aplikasi perpustakaan untuk
mengakses katalog perpustakaan guna mencari sumber yang dibutuhkan. Pada ponsel
juga akan disediakan peta perpustakaan untuk membimbing pengguna ke lokasi
sumber. Koleksi perpustakaan memiliki tag RFID pada masing-masing item, yang
mana dapat diidentifikasi menggunakan komputer dan pembaca RFID. Melalui
integrasi tag RFID ke kartu anggota, peredaran barang dan koleksi menjadi lebih
efisien.
Dengan IoT, pustakawan dapat mengetahui bahwa buku
yang dipinjam sudah lewat batas pinjam dan berapa banyak denda yang harus
peminjam buku bayarkan ke perpustakaan. Pengguna dapat membayar denda secara
online tanpa perlu berdiri di antrean meja sirkulasi perpustakaan.
IoT akan membantu inventori yang lebih baik seperti
memverifikasi stok karena akan mudah mencari buku yang salah tempat. IoT juga
dapat membantu perpustakaan dalam virtual tour perpustakaan. Perpustakaan memiliki setup beacon seperti perangkat nirkabel di
berbagai bagian dari perpustakaan, ketika pengguna mengunjungi bagian tertentu,
ponsel mereka akan memutar video atau audio menjelaskan lebih banyak tentang
bagian itu dan bagaimana seseorang bisa mendapatkan manfaat yang maksimal.
Dengan IoT, perpustakaan menggunakan data secara real
time. Pengguna dapat mengetahui sejarah pencarian buku pinjaman mereka pada
kunjungan sebelumnya. IoT membantu pengguna untuk menandai daftar buku
favoritnya pada katalog perpustakaan yang nantinya dapat membantu pengunjung
untuk tahu dimana tempat buku favorit telah disimpan. Perpustakaan dapat
memberikan status ketersediaan ruang baca, ruang diskusi, printer, scanner, dan
komputer pada aplikasi mobile perpustakaan mereka.
IoT akan akan membawa perubahan besar ke
perpustakaan; membuat perpustakaan menjadi lebih interaktif dengan
pengunjungnya, menghemat waktu, dan mempermudah kontrol keluar masuk buku dan
pengunjung. Jika diimplementasikan sesuai dengan kebutuhan, hasil dan
nilai tambah pada layanan perpustakaan pun akan meningkat.
5. Saran terhadap Pemerintah dalam Mendukung Industri IoT
Teknologi Internet of Things (IoT) sedang ramai
dibicarakan oleh banyak industri, terutama karena kemudahan dan manfaat yang
dirasakan. Kemajuan dan perkembangan industri ini di Indonesia tentu tidak
terlepas dari peran pemerintah. Dukungan pemerintah sangat dibutuhkan. Berikut
terdapat beberapa saran untuk pemerintah dalam mendukung kemajuan industri IoT.
- Pengenalan IoT kepada Masyarakat
Pada umumnya, masyarakat Indonesia belum mengetahui
apa itu teknologi IoT. Pernah mendengar istilah IoT saja belum tentu. Jika
pemerintah ingin mendukung dan mengembangkan industri IoT, pemerintah perlu
ikut mengenalkan teknologi IoT pada masyarakat. Pemerintah juga perlu menaruh
fokus pada IoT agar teknologi IoT dapat lebih mudah diadopsi oleh masyarakat.
- Pembangunan Infrastruktur Teknologi
Teknologi yang baik perlu didukung oleh infrastruktur
yang baik pula. Indonesia terbentang luas dari Sabang sampai Merauke. Namun,
pembangunan di setiap daerahnya tidaklah merata. Pembangunan di kota – kota
besar sangat maju, sementara pembangunan di daerah yang terpelosok sangatlah
terbelakang. Jangankan jaringan Internet, listrik sebagai dasar untuk membangun
jaringan komunikasi belum tentu sudah masuk ke daerah tersebut. Jika ingin IoT
diterapkan di Indonesia, diperlukan pembangunan infrastruktur teknologi yang
merata untuk mendukung pengembangan IoT di Indonesia.
- Mendukung Setiap Inovasi dan Pengembangan yang Dilakukan
Masyarakat Indonesia terkenal dengan komentar dan
sikap negatif dalam menanggapi segala hal. Masyarakat cenderung melihat sisi
negatif dibandingkan dengan sisi positifnya. Lingkungan dan atmosfer positif
diperlukan untuk mendukung teknologi IoT. Pemerinah perlu memberikan apresiasi
dan dukungan terhadap inovasi yang dibuat oleh anak bangsa, walaupun karya yang
diciptakan tersebut belum sempurna. Pemerintah perlu secara nyata memberikan
contoh apresiasi pada ciptaan anak bangsa, seperti menggunakan teknologi
tersebut. Tindakan nyata tersebut diharapkan dapat membuka wawasan masyarakat
dan masyarakat dapat menyikapi segala sesuatu dengan lebih positif. Dengan
demikian, diharapkan anak bangsa lebih termotivasi dalam membuat inovasi –
inovasi yang berkaitan dengan IoT.
- Regulasi IoT
Teknologi IoT berkembang sangat cepat. Untuk menyikapi
perubahan tersebut, pemerintah perlu membuat sebuah undang – undang atau
peraturan yang jelas mengenai IoT. Pemerintah perlu membuat regulasi mengenai
standar produk, penggunaan, pengambilan dan pemanfaatan data, maupun
pembuatannya. Regulasi dibutuhkan untuk mencegah terjadinya kejadian – kejadian
yang tidak diinginkan, seperti kecelakaan. Dengan adanya peraturan akan
terdapat batas yang jelas antara hal – hal yang boleh dilakukan dan tidak
dilakukan serta standar pembuatan atau pemanfaatan IoT. Dengan adanya regulasi
yang jelas pula dapat memudahkan pemerintah dalam memutuskan jika terjadi
pelanggaran.
- Keamanan
Keamanan merupakan isu yang sangat penting dalam
teknologi IoT. Batas privasi menjadi kabur di era digital ini. Akses kepada
semua data membuat keamanan dan privasi pengguna menjadi rentan terhadap
kejahatan cyber. Jika Indonesia ingin mengadopsi dan menerapkan teknologi IoT,
pemerintah perlu menyediakan jaminan keamanan bagi setiap penggunanya. Keamanan
tersebut harus menjaga agar data dan privasi pengguna digunakan sesuai dengan
kebutuhan dan sebagaimana mestinya.
Teknologi IoT memerlukan dukungan dari pemerintah
dalam pengembangannya. Dengan adanya dukungan dari pemerintah, teknologi
tersebut dapat diterima dalam masyarakat. Dukungan pemerintah juga mendorong
anak bangsa untuk menciptakan berbagai inovasi. Dan pada akhirnya, teknologi
yang maju akan kembali dinikmati oleh masyarakat Indonesia.
6. Perkembangan Dunia Bisnis Startup di Indonesia
7. Langkah Sukses Membangun Startup di Indonesia
6. Perkembangan Dunia Bisnis Startup di Indonesia
Perkembangan Bisnis Startup di
Indonesia bisa dibilang cukup pesat. Tiap tahun bahkan setiap bulan, selalu ada
founder atau pemilik Bisnis Startup bermunculan.
Menurut dailysocial.net, ada
1.706 Startup lokal di Indonesia saat ini. Hal ini dipengaruhi oleh semakin
banyaknya masyarakat Indonesia menggunakan internet yang bisa dijadikan sebagai
lahan basah untuk mendirikan sebuah Bisnis Startup.
Hingga saat ini, telah ada tiga
startup tanah air yang berhasil menjadi unicorn, alias mempunyai valuasi di
atas US$1 miliar (Rp13,5 triliun). Mereka adalah GO-JEK, Tokopedia, dan
Traveloka, atau yang dikenal dengan istilah GTT. Sayangnya menurut Managing
Partner dari East Ventures Willson Cuaca, tidak akan ada startup yang mendapat
predikat unicorn pada tahun depan. “Ada gap yang cukup besar antara startup
besar tersebut dengan para startup menengah di Indonesia,” ujarnya.
Vice President dari Sequoia
Capital Pieter Kemps, juga berpendapat bahwa para startup tanah air masih butuh
waktu untuk mengejar GO-JEK, Tokopedia, dan Traveloka. Namun hal ini bukan
berarti perkembangan startup tanah air tengah “kering”.(*)
7. Langkah Sukses Membangun Startup di Indonesia
Tidak ada komentar:
Posting Komentar